Rabu, 23 Agustus 2017

Sejarah Bandar Udara Tampa Padang Mamuju

Ketika kita mendengar kata sejarah, maka yang langsung tertanam di benak kita adalah segala hal yang berkaitan dengan masa lalu atau masa yang telah lampau. Kadang juga erat kaitannya dengan unsur nostalgia, kenangan dan peristiwa-peristiwa yang terbenam didalam ingatan atau memori. Namun, karena sejarah melulu berbicara tentang apa yang sudah dilalui atau masa lampau berdasarkan cara pandang masing-masing orang, maka tidak semua kita dapat mengenang dan mengingat kembali semua peristiwa secara lengkap dan konkret. kadang sejarah dapat diuntai kembali melalui gabungan keterangan, cerita dan gambar dari berbagai pihak.

Apapun itu, sejarah -memang sebenarnya- memegang peranan penting dalam kehidupan sekarang. History Repeat itself -Sejarah selalu terulang kembali, adalah sebuah kata bijak yang menjadi dasar mengapa orang-orang besar selalu memperhatikan sejarah. Presiden Republik Indonesia yang pertama, Bpk. Ir. Soekarno pernah mengatakan "Jangan sekali-kali kita melupakan sejarah" yang oleh beliau disingkat menjadi "Jas merah".

Tulisan dalam postingan kali ini akan mengangkat soalan sejarah bandar udara Tampa Padang Mamuju yang semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian :)


Peresmian Bandara Tampa Padang Mamuju

Bandar Udara Tampa Padang Mamuju pada awalnya berdiri pada tahun 1978. Pada masa tersebut statusnya masih Lapangan terbang perintis ( Lapter ) dengan seorang Kelapter ( kepala lapangan terbang perintis ) sebagai pimpinan. Lapter Mamuju -yang nantinya- menjadi Bandar Udara Tampa Padang Mamuju berada di kecamatan Kalukku desa Tampa Padang dengan jarak tempuh sekitar 31 Km dari ibukota kabupaten Mamuju propinsi Sulawesi Barat (dulu masih berada di propinsi Sulawesi Selatan) menuju kearah utara. Pada dekade awal ( tahun 60 – 70an ) masyarakat kabupaten Mamuju dan sekitarnya dapat dikatakan terisolasi akibat minimnya infrastruktur yang ada. Bentang alam yang terdiri dari pegunungan-pegunungan menjadikan daerah ini semakin sulit untuk dijangkau. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat mobilitas masyarakat pada masa-masa tersebut sangat rendah. Satu-satunya sarana transportasi yang cukup lumayan adalah melalui laut. Namun sayangnya, sarana transportasi lautpun sangat sulit diakses oleh masyarakat yang berada di daerah sebelah utara kota Mamuju dimana pada saat itu sarana transportasi darat dalam kotapun sangat minim dan memprihatinkan. Kehadiran Lapter Mamuju yang strategis (dapat diakses masyarakat Mamuju dan sekitarnya) diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan transportasi dan mempertinggi tingkat mobilitas warga masyarakat dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. 


Gambaran keadaan kab. Mamuju tahun 1970an



Pengoperasian Awal Bandara Tampa Padang Mamuju

Bandar Udara Tampa Padang ( yang pada saat itu masih berstatus Lapter ) diresmikan oleh Marskal Kardono selaku Direktorat Jenderal Perhubungan Udara atas nama Menteri Perhubungan yang pada saat itu dijabat oleh Emil Salim. Pengoperasian awal Bandara ditandai dengan mendaratnya pesawat berjenis Twin Other ( DHC-6 ) berkapasitas 18 orang penumpang milik PT.Merpati Nusantara AirLines. Penerbangan ini bertahan hingga beberapa tahun lamanya. Apalagi pada saat itu industri kayu di Mamuju begitu maraknya. Pengusaha-pengusaha kayu inilah yang paling banyak menggunakan jasa penerbangan pada saat itu. Selain masyarakat yang memang membutuhkan sarana transportasi udara sebagai salah satu alternatif. Penerbangan ini aktif dengan jadual penerbangan tiap hari dan bertahan hingga sekitar tahun 1982. Tetapi penerbangan-penerbangan unreguler / tak berjadual tetap ada untuk kepentingan kunjungan tamu-tamu daerah dan pejabat serta kalangan swasta. 


Marsekal Kardono

Penerbangan rutin aktif kembali ( baca : berjadual ) pada dekade tahun 1987-an dimasa kepemimpinan Djumadiono. Pada masa-masa ini fasilitas Lapter/Bandara masih sangat sederhana. Bahkan terminal penumpang dan barang belum ada. Termasuk fasilitas untuk PKP-PK, dan sebagainya. Bangunan yang ada pada waktu itu hanyalah 1 ( satu ) buah yaitu gedung kantor yang sekaligus menjadi pusat kegiatan administrasi dan pelayanan terhadap penumpang. 

Pengaspalan Runway baru dilakukan pada tahun 2003. Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan transportasi udara dan peningkatan pelayanan maka pada tahun 1990 dibangunlah fasilitas-fasilitas penting seperti terminal penumpang, Gedung PKP-PK serta beberapa fasilitas lainnya yang beroperasi pada tahun itu juga. 


Gedung PKP-PK diawal tahun 2000an

Penerbangan reguler aktif kembali pada tahun 2002 dengan pesawat jenis BN milik Dirgantara Air Service (DAS) selama setahun lamanya. Setelah itu karena terjadi peningkatan kuantitas penumpang pesawat yang beroperasi ditingkatkan jenisnya menjadi CN-212 dengan route Makassar-Mamuju-Balikpapan. 

Pesawat CN-212 milik maskapai penerbangan Dirgantara Air Services


Peningkatan aktifitas penerbangan ini tentunya berkaitan erat dengan semakin lengkapnya fasilitas dan juga kebutuhan masyarakat itu sendiri akan transportasi udara yang cepat dan aman. Peningkatan fasilitas tersebut antara lain yakni pada tahun 1979 landasan (R/W) masih berupa rumput dengan panjang landasan 710 meter, perkerasan dilakukan pada saat panjang runway Kemudian ditambah kembali setelah dilakukan pengaspalan selanjutnya ditambah panjang menjadi 1260 meter dengan lebar 23 meter. Pada tahun 2007 hingga 2009 diperpanjang lagi sepanjang 1500 meter dengan lebar 30 meter. Taxyway sepanjang 75 meter dengan lebar 18 meter dan apron sepanjang 180 meter dengan lebar 40 meter. 

Saat ini bandara Tampa Padang telah memilik landas pacu dengan volume panjang total 2500 M dan lebar 45 M. Kekuatan landasan tiap tahun selalu ditingkatkan guna melayani penerbangan-penerbangan dengan pesawat berbadan dan berbobot besar. saat ini pesawat terbesar yang beroperasi dibandara Tampa Padang adalah Boeing 737-500 yang dioperasikan oleh PT. Sriwijaya Air.

Data penerbangan dan beberapa jenis pesawat yang beroperasi di tahun 2000an hingga 2006 adalah sebagai berikut :



 Kepala Bandar Udara Tampa Padang dari Masa Ke Masa

  • Bpk. Drs. H. Thamrin Syakur, MM. menjabat sebagai Kepala Lapangan Terbang Perintis (Kalapter) ditahun 1979 - 1987.

Drs. H. Thamrin Syakur, Kalapter (sekarang bernama Kabandara) pertama 
Tampa Padang Mamuju

  • Bpk. Djumadiono, menjabat sebagai Kepala Bandar Udara Tampa Padang Mamuju periode 1987 -1997.
  • Bpk. Usman Effendi, SE menjabat sebagai Kepala Bandar Udara Tampa Padang Mamuju pada tahun 1997 - 2005

Usman Effendi, SE. Mantan Kabandara Mamuju periode 1997-2005

  • Bpk. Wahyu Anwar, S.SiT menjabat sebagai kepala bandar udara Tampa Padang Mamuju ditahun 2005 - 2013

Wahyu Anwar, S.SiT. salah satu mantan kepala Bandara Tampa Padang Mamuju

  • Bpk. Suparno, SE. Menjabat sebagai Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Tampa Padang Mamuju sejak tahun 2013 sampai sekarang (2017 red)

Bpk. Suparno, SE. saat ini menjabat sebagai Kepala UPBU Tampa Padang Mamuju 


Beberapa perbandingan kondisi fasilitas bandara Tampa Padang Mamuju di tahun 90an dengan kondisi saat ini dapat terlihat dalam foto-foto berikut :



Petugas Mharseller dengan penampakan jejeran gedung bandara ditahun 2007 dibelakangnya. Gedung tersebut dari kiri kekanan adalah gedung PKP-PK, gedung NDB dan gedung Kontrol (ATC), gedung kantor dan gedung teminal penumpang.




Perbandingan layout bandara tahun 2007 dan tahun 2017





Gedung kantor lama Bandara Tampa Padang Mamuju tahun 2000an


gedung kantor administrasi bandara Tampa Padang sekarang






Apron bandara ditahun 2005 hanya dapat menampung pesawat kecil seukuran CN 212 namun sekarang sudah dapat menampung pesawat Boeing 737-300 dan B.737-500






 Gedung C , Gedung kecil yang dahulu digunakan oleh ATC ( Air Traffic Controller) untuk mengontrol dan berkomunikasi dengan pilot dan disebelahnya adalah gedung Tower untuk saat ini.






Gambar diatas adalah perbandingan antara peralatan komunikasi antara petugas ATC dengan Pilot yang digunakan dahulu (Atas) dengan yang sekarang (gambar dibawahnya). Nampak jelas perbedaan dari segi fasilitas dan kecanggihan alat komunikasinya.






Perbandingan antara gedung serta fasilitas PKP-PK yang lama (atas) dengan Gedung dan fasilitas PKP-PK yang ada saat ini.




satu-satunya kendaraan PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan-Pemadam Kebakaran) Bandara tahun 2006

Fasilitas kendaraan PKP-PK saat ini di Bandara Tampa Padang Mamuju




Perbandingan Gedung Power House yang lama (atas) tahun 2007 dengan Gedung Power House yang saat ini.





Perbandingan antara fasilitas listrik tahun 2007 (atas) dan sekarang (bawah). Dahulu, mesin genset tersebut hanya dapat mensuplay tenaga listrik sebesar 25 Kva, namun sekarang (gambar bawah) total mesin genset bandara sudah mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 275 Kva.





Perbedaan fasilitas keamanan pada SCP (Security Check Point) bandara Tampa Padang yang lama (tahun 2017, atas) dengan kondisi ruangan yang sempit dengan mesin X-Ray yang sudah lama dan kecil,  dengan yang ada saat ini (gambar bawah)









Plan Bandara Tampa Padang lama (atas) tahun 2003 dan plan serta gerbang bandara yang digunakan saat ini.


Setiap tahun Unit penyelenggara bandar udara Tampa Padang Mamuju akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan fasilitas utama dan fasilitas-fasilitas pendukung bandar udara demi terwujudnya pelayanan jasa transportasi yang aman, selamat, nyaman, lancar dan tertib bagi semua masyarakat pengguna jasa transportasi udara.

Doa dan dukungan tidak lupa kami panjatkan demi kelancaran pembangunan dan pengembangan bandara kedepannya guna peningkatan pelayanan yang lebih baik. amin.

Oleh : Fadly Okfianto Muin
Dari berbagai sumber dan wawancara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KERJA BERSAMA, BERBAGI BERSAMA

Kemarin, Jumat (25/08/2017) adalah merupakan salah satu momen yang berbahagia bagi Unit Penyelenggara Bandar Udara Tampa Padang Mamuju....